Oleh
: Farid Yuliyadi
Keluarga
adalah satuan kerabat yang mendasar terdiri dari suami, isteri dan anak-anak. Menurut Poerwadarminta (1995) Istilah keluarga
adalah “sanak saudara yang bertalian dengan perkawinan atau sanak keluarga yang
bertalian dengan keturunan”. Atau yang dimaksud dengan keluarga adalah
masyarakat terkecil yang terdiri dari suami isteri yang terbentuk melalui
perkawinan yang sah, baik mempunyai anak maupun tidak sama sekali 1.
Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai
yang tidak kecil. Bahkan Islam menaruh perhatian besar terhadap kehidupan
keluarga degan meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara kehidupan
keluarga dari ketidak harmonisan dan kehancuran. Kenapa demikian besar perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa
keluarga adalah batu bata pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan
merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim
yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
Bila pondasi
ini kuat lurus agama dan akhlak anggota keluarga, maka akan kuat pula masyarakat dan akan terwujud keamanan yang didambakan.
Sebaliknya bila tercerai berai ikatan keluarga dan kerusakan meracuni anggota-anggota keluarga maka dampaknya akan terlihat
pada masyarakat, bagaimana
kegoncangan melanda dan rapuh kekuatan sehingga tidak diperoleh rasa aman dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
1WJS. Poerwadarminta,
Op.cit.Hal.. 675
|
Pondasi dari keluarga
yang kokoh mendorong generasi muda untuk melakukan hal positif. Anak-anak
menjadi lebih mudah terkontrol dalam pergaulan di luar, para remaja
memanfaatkan waktu dengan hal yang mendidik, di dalam masyarakat seorang anak yang
terdidik dari keluarga yang harmonis mampu memilah antara yang baik dan yang
buruk. Keluarga yang harmonis dan selalu berpegang teguh pada pedoman agama
islam selalu mengarahkan generasi selanjutnya untuk berbuat baik, menanamkan
nilai-nilai agama islam yang menitik beratkan pada norma ketuhanan dan
kemanusiaan.
Orang tua perlu
menanamkan dari awal pendidikan yang benar dan terarah dari kalangan keluarga.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang paling utama karena sebagian
besar kehidupan anak ada di dalam keluarga, sehingga pendidikan paling banyak
diterima anak adalah dalam keluarga. Lingkungan keluarga amatlah penting dalam
menentukan menjadi apa anak itu nanti, orang tua memegang peranan penting
seperti sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka orang tuanyalah yang
dapat mendidiknya menjadi yahudi, nasrani, atau majusi”.
Peran keluarga dalam pendidikan
sebagai pondasi perkembangan kepribadian serta bagaimana anak menjadi manusia
sosial dan manusia individu juga menjamin kehidupan emosional, moral, sosial
dan pondasi bagi dasar-dasar pendidikan agama. Orang tua bertanggung jawab
dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak, memberikan kesempatan belajar
dengan mengenalkan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kelak
berguna bagi kehidupan di masa yang akan datang sehingga mampu menjadi manusia
dewasa yang mandiri. Dalam menjalankan perannya, keluarga menjadi lembaga yang
terkuat yang dimiliki oleh bangsa. Karena melalui keluarga seseorang memperoleh
nilai-nilai kemanusiaan yang nantinya dapat menjadi aset besar bagi bangsa
untuk memperkokoh nilai nasionalisme para generasi penerus dalam mempertahankan
kesatuan dan persatuan sebagai bangsa dan negara.
Dalam menumbuh
kembangkan rasa nasionalisme agar memperkokoh keutuhan bangsa, perlu di dasari
pada landasan keluarga yang harmonis dan memiliki ketahanan dan kerukunan di
dalamnya. Dalam teori sosialisasi atau pendidikan ada sejumlah
sarana/media/agen/jalur yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran
berbangsa dan bernegara bagi anak, yakni keluarga, teman sebaya, sekolah,
organisasi, dan media massa. Semua dapat berperan dengan kelebihan dan
kekurangannya. Adapun peran keluarga bagi keutuhan berbangsa dan bernegara
anatara lain adalah, keluarga batih atau inti merupakan unsur utama dan sangat
penting terbentuknya kelompok masyarakat dan bangsa. Melalui keluarga maka
nilai-nilai kehidupan dikenalkan pada anak. Melalui keluarga maka anak dapat
belajar hidup dan akan mewariskan nilai-nilai kehidupan dan budaya yang dianut
dalam suatu keluarga, masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, keluarga harus mempunyai
landasan yang kuat dan watak yang jelas agar dapat memberi warna yang
berkarakter pada pribadi anak.
Dalam upaya mendukung
penguatan kesadaran berbangsa dan bernegara, peran orang tua (ayah dan ibu)
harus mempunyai konsep yang jelas dan memahami hal-hal penting sebagai berikut:
Pertama, orang tua harus mempunyai kesadaran dan dan memberi suri tauladan yang
baik, bersikap dan berperilaku yang menjunjung tinggi pluralitas, yang
menunjukkan bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan bermacam-macam kepribadian,
bersuku-bersuku, berbangsa-bangsa dengan ajaran keyakinan dan budaya yang
berbeda-beda bukan untuk bermusuhan. Tetapi agar saling mengenal dan membina
persatuan dan kesatuan. Bangsa Indonesia mempunyai keanekaragaman yang harus
saling dijaga dan dihormati hak-haknya. Dengan demikian, tidak ada sikap
inklusif diantara kelompok. Semua aturan harus berlaku sama untuk semua warga
negara.
Kedua, orang tua harus
mempunyai semangat dan sikap berdemokrasi. Keluarga adalah cermin Negara. Orang
tua yang dapat membangun budaya berdemokrasi dalam keluarga akan membawa
pengaruh positif pada kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara. Budaya
diktator dan otoriter telah terbukti Bangsa Indonesia terpuruk berkali-kali.
Sejelek-jeleknya demokrasi kita saat ini, tak ada alternative kecuali untuk
membuatnya berhasil. Untuk itu, budaya demokrasi harus dibangun dari keluarga.
Keluarga yang kokoh akan menghasilkan bangsa yang kuat dan berwibawa.
Ketiga, keluarga harus
sejahtera. Sejahtera dengan indikator tercukupinya kebutuhan dasar hidup
(papan, pangan, sandang) secara layak yang dilandasi taat pada ajaran agama
yang diyakini, maka hal ini akan menjadi basis awal untuk dapat mengembangkan
potensi keluarga yang berwawasan kebangsaan melalui pendidikan yang baik.
Dengan kondisi keluarga yang sejahtera maka akan lebih mudah untuk diajak
berpartisipasi dan memahami kehidupan di luar dirinya yang juga sangat penting.
Untuk itu, peran Negara/pemerintah menjadi sangat penting untuk dapat
menciptakan dan memberi peluang agar rakyatnya dapat memperoleh penghasilan
yang cukup.
Melalui media massa
cetak maupun elektronik, kita setiap hari disuguhi berita dan tayangan yang
mengambarkan rapuhnya ketahanan keluarga. KDRT, perceraian, perselingkuhan,
broken home, kehidupan anak jalanan yang selalu meramaikan di setiap lampu
merah, pengemis yang bergerombol, gelandangan yang beratap langit, kemiskinan
yang terus mendera, kecanduan narkoba yang merebak di mana-mana, tawuran
pelajar/pemuda/mahasiswa/antar kampung, prostitusi yang merebak dengan segala
macam bentuk modus operandi, dan perilaku menyimpang/anarkhis lainnya merupakan
peristiwa yang mencerminkan suasana rapuhnya ketahanan keluarga yang selalu
hadir di sekitar kita.
Melihat pentingnya
pendidikan dari dalam keluarga, sudah seharusnya pemerintah memikirkan hal
tersebut dengan merumuskan gagasan-gagasan baru yang dapat membantu, terutama
keluarga tidak mampu. Tidak mampu dalam hal ini bukan hanya berkaitan dengan
masalah keuangan, tetapi juga kesiapan dalam membangun keluarga, seperti pendidikan
berkeluarga sebelum menikah dan waktu pernikahan yang masih terlalu dini
sehingga persiapan dalam mendidik anak belum matang. Namun selain kesiapan,
kemiskinan masih menjadi momok yang menakutkan di Indonesia, Karena kemiskinan,
masih banyak orang tua melakukan kesalahan dalam mendidik anak, hal ini
terlihat dari banyaknya anak di bawah umur yang mencari nafkah untuk keluarga,
menjajakan makanan, menjual koran, menjadi pengemis dan lain sebagainya.
Pemerintah dalam hal ini dinas sosial dan pendidikan harus peka dengan
permasalahan yang membuat generasi penerus lebih mementingkan kehidupan
pribadinya dibanding memikirkan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Keluarga yang kokoh dan energik, baik dalam hal pendidikan formal, ekonomi,
sosial dan budaya akan memperkokoh ketahanan bangsa, sebaliknya keluarga yang
rapuh akan berdampak pada lemahnya ketahanan bangsa yang berimbas pada mudahnya
jati diri bangsa di jajah oleh negara lain.
Negara Indonesia
membutuhkan generasi penerus yang berjiwa pahlawan untuk memerangi kerusakan
moral yang belakangan ini kerap terjadi dan menimpa generasi-generasi mulai
dari tingkat rendah/masyarakat hingga tingkat tinggi/pejabat negara. Kondisi
ini sangat miris melihat negara
Indonesia yang dihuni mayoritas beragama islam. Islam sangat menjunjung
tinggi norma dalam berbangsa dan bernegara serta selalu mengarahkan penganutnya
untuk selalu berbuat baik dan menghindari yang mungkar.
Ketahanan nasional
(tannas) Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi
segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan ,
baik yang datang dari dalam maupun luar untuk menjamin identitas, integritas,
kelangsungan hidup bangsa dan Negara, serta perjuangan mencapai tujuan
nasional. Ketahanan nasional adalah kondisi kehidupan nasional yang harus
diwujudkan, dibina terus menerus dan sinergis, mulai dari pribadi, keluarga,
lingkungan, daerah dan nasional bermodalkan keuletan dan ketangguhan yan
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional. Proses berkelanjutan
untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan berdasarkan pemikiran geostrategic
yang dirancang dengan memerhatikan kondisi bangsa dan konstelasi georafi
Indonesia. 2
2 http://www.pusakaindonesia.org/konsepsi-ketahanan-nasional-indonesia/
|
Miris melihat keadaan
ini, berawal dari ketidak harmonisan keluarga dan selalu merasa kurang akan apa
yang sudah didapatkan membuat warga gelap mata melakukan hal yang melanggar
aturan. Selain masyarakat, yang menjadi sorotan adalah ulah para pejabat negara
yang seolah tidak melihat dan mendengar rintihan masyarakat jelata yang
menjerit kelaparan, mereka melakukan korupsi uang negara yang seharusnya
diperuntukkan untuk kepentingan masyarakat. Bertrilyun-trilyun uang negara
habis di bajak oleh para pejabat yang rakus. Dengan dalih pembangunan,
kesejahteraan masyarakat, bantuan sosial dan lain sebagainya, mereka rela
merampas hak masyarakat yang lebih membutuhkan.
Hal inilah yang menjadi
patokan untuk penilaian ketahanan bangsa, bahwa pendidikan dini di Indonesia
masih gagal menghasilkan penerus yang berintegritas dan bermartabat. Kesadaran
akan pendidikan bagi pemerintah masih sangat rendah baik bagi pendidikan di
lingkungan keluarga, sekolah, perguruan tinggi serta masyarakat. Di keluarga,
pemerintah tidak terlalu terlibat langsung dalam proses pendidikan anak bangsa,
hal ini terlihat dari masih banyaknya anak-anak gelandangan yang tidak diurus
sehingga masa depannya tidak jelas. Di lingkungan sekolah, pemerintah sudah
menganggarkan dana yang begitu besar, namun dapa praktiknya tidak semua
kalangan di dunia pendidikan mendapatkan hak yang layak, salah satunya adalah
siswa masih saja dipungut biaya yang memberatkan sehingga para orang tua tidak
mampu untuk membayar. Serta di masyarakat, banyak kini hiburan yang justru
menjerumuskan generasi muda, seperti tayangan televisi yang tidak mendidik dan
adanya tempat-tempat game online yang membuat anak-anak lupa akan waktu untuk
belajar.
Melihat dari sederet
permasalahan yang ada di negara ini, perlu adanya pembenahan yang mendasar,
mulai dari pembenahan pendidikan dari dalam keluarga dengan adanya
penyuluhan-penyuluhan terhadap masyarakat akan pentingnya mendidik anak yang
benar, di tingkat sekolah, para guru juga harus lebih memiliki daya saing
profesionalitas yang dapat memotivasi siswa untuk belajar akan pengetahuan,
baik pengetahuan sosial, alam dan lain sebagainya.
Selain pendidikan
dasar, negara ini membutuhkan para pemimpin yang mendukung guna ketahanan
nasional yang kini di ambang masa kritis. Pemimpin yang berintegritas dan
bermartabat serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan pancasila sesuai
dengan sumpah yang diucapkan ketika pelantikan. Hal ini semua dapat terwujud
jika pendidikan dari lingkungan keluarga berjalan dengan baik. dengan kata
lain, keluarga sehat bangsa kuat.
Dari tulisan yang sudah
dijabarkan, maka dapat dismpulkan bahwa negara akan menjadi negara yang kuat
dan bermartabat jika memiliki di dukung atau dibentuk dari keluarga-keluarga
yang hebat. Dengan di dukung keluarga yang hebat bangsa akan lebih mudah
memilih generasi penerus yang berintegritas tinggi dan mampunyai daya saing di
dunia global. Selain itu, bukan hanya kecerdasan semata namun perlu juga para
penerus yang memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
Perwadarminto,
WJS (1995). Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Jakarta : Balai Pustaka.