Monday, 1 April 2013

Teori Belajar Sternberg



A.  Latar belakang
Manusia adalah satu-satunya mahkluk di muka bumi yang dianugrahi kreatifitas yang tanpa henti dan tanpa batas yang kemudian berdampak luas pada peradaban manusia. Peradaban manusia berkembang  karena adanya temuan-temuan (Invention) baru yang pada gilirannya menstimulasi temuan baru lainnya( contohnya: roda, mesin uap, komputer, telepon dan kamera digital, pesawat ulang alik dll.) Temuan-temuan baru ini, dapat terwujud karena adanya kreatifitas. Uraian di atas menunjukkan bahwa kreatifitas memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Peranan kretifitas semakin terasa dan merupakan keniscayaan tatkala kita memasuki abad 21, yang antara lain ditandai oleh perubahan yang sangat cepat dan tantangan yang semakin komplek. Kreatifitas sebagai potensi yang ada dalam diri manusia belum memberikan manfaat bila hanya merupakan anugrah yang ada pada diri manusia. Maka kreatifitas perlu dikembangkan, dipelajari,  dijabarkan dengan program pendidikan secara terintegrasi. Bukan sekedar sebagai matamenghadapi pleajaran, tapi lebih merupkan bagian dari proses belajar yang mengembangkan kemampuan berfikir kreatif dalam  menghadapi berbagi tantangan baik dimasa sekarang maupun dimasa depan. Perkembangan kemampuan kreatifitas bukan hanya merupakan tanggung jawab pendidik, perguruan tinggi, pemerintah tapi harus disadari sebagai tanggung jawab individu, orang tua maupun masyarakat. Dalam hubungan ini perlu dikemukakan catatan bahwa kreativitas tidak akan dapat berkembang secara optimal, makala lahan yang dibutuhkan untuk pengembangannya, yaitu masyarakat, tidak memberi peluang bagi berkembangnya ide-ide baru yang mungkin saja tidak sejalan dengan pakem yang selama ini sudah ada. Dalam banyak hal, munculnya kreativitas sering kali dipicu oleh inspirasi yang muncul dalam pengalaman-pengalaman yang tidak biasa. Kreatifitas juga sering kali merupakan perpaduan gagasan-gagasan yang seolah-olah tidak berhubungan satu sama lain. Adanya berbagai topik bahasan mengenai multikultural, neoroscience, intelegensi emosional, kecerdasan jamak, serta model pendidikan dan pengembangan kreatifitas diharapkan mampu memberikan inspirasi pada praktisi pendidikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kreatifitas,
Sementara pengetahuan yang dimilik masyarakat  terus menerus mempengaruhi situasi yang semakin meluas dan tidak lengkap. Faktor yang diperlukan dalam menghadapi  kondisi yang terus menerus berubah ini bukan hanya sebatas pemahaman saja, tetapi juga diperlukan adanya suatu tindakan dan refleksi (action dan reflextion) terhadap tuntutan zaman.
Ciri-ciri sikap fleksibelitas, keterbukaan, berfikir kreatif, berfikir kritis, ketangkasan (dexterity) yang bersifat kompleks namun cermat dalam menggunakan media informasi yang semakin canggih ini juga diperlukan. Kepekaan dan kemampuan mengidentifikasi, mengatasi masalah, serta kemampuan kerja sama antar manusia adalah tuntutan dunia kerja yang pada gilirannya menjadi tuntutan terhadap sekolah-sekolah (Setiawan, C, 1990).
Sekolah-sekolah tidak terkecuali perguruan tinggi justru tidak. Dalam hal inilah makalah ini disusun untuk memperluas wawasan untuk mengaplikasikan suatu teori pembelajaran, sebagai praktisi pendidikan. Makalah ini akan membahas salah satu teori yang melandasi proses terciptanya kreatifitas, yaitu yang disebut “Teori Triarchic”.

B.  Rumusan Masalah
1.    Mengenal lebih dalam siapakah Robert Sternberg?
2.    Bagaimanakah ciri dan penerapan dalam pembelajaran dari teori belajar Triarchic yang dicetuskan oleh Sternberg?




C.  Tujuan
1.    Untuk mengenal lebih dalam siapakah Robert Sternberg
2.    Mengetahui bagaimanakah teori belajar Triarchic yang dicetuskan oleh Robert Sternberg?
3.    Mengetahui bagaimana penerapan teori Triarchic dalam proses pembelajaran di sekolah?

D.  Pembahasan
1.    Mengenal Robert Sternberg
Robert Sternberg Jeffrey lahir pada tanggal 8 Desember, 1949 di Newark, New Jersey. Setelah mendapatkan gelar sarjana, Sternberg kembali ke Yale sebagai profesor psikologi. Dia kemudian menjadi Dekan Fakultas Seni dan Ilmu Pengetahuan di Tufts University. Saat ini Provost dan profesor psikologi di Oklahoma State University.
Sternberg pernah menjabat sebagai Presiden Asosiasi Psikologi Amerika pada tahun 2003 dan telah memenangkan berbagai penghargaan termasuk Penghargaan Distinguished Scholar dari Asosiasi Nasional untuk Anak Berbakat pada tahun 1985, James McKeen Cattell Award dari American Psychological Society pada tahun 1999 dan EL Thorndike Penghargaan untuk Prestasi di Psikologi Pendidikan dari APA pada tahun 2003.
2.    Teori Belajar Triarchic dan Penerapannya di Pembelajaran
Proses belajar mengajar tidak terlalu sering menunjuk pada strategi instruksional yang dapat membantu peserta didik dalam proses menangkap makna dari apa yang akan menjadi perolehannya. Peserta didik diharapkan dapat diberi kesempatan untuk mendapatkan perolehan baru melalui pemahaman dan menemukan relevansinya.
Penelitian dalam cognitive neuroscience menunjukkan bahwa kreatifitas bukanlah semata warisan genetik, melainkan merupakan suatu untaian proses kognitif yang bisa dikembangkan pada berbagai individu. Setelah Bloom melancarkan taksonominya , ada empat prilaku yang bisa memunculkan kreatifitas yaitu:
1.    Kelenturan pikiran, (Fluency), yang merupakan kemampuan untuk mengembangkan ide baru.
2.    Fleksibilitas,  yang membangkitkan rentangan luas untuk ide baru.
3.    Originalitas, merupakan respons yang unik terhadap situasi tertentu.
4.    Elaborasi, merupakan perluasan pemikiran tentang tpik tertentu.
Empat prilaku yang dijelaskan oleh Blom itu dapat memunculkan (trigger) dan menghasilakan kreatifitas. Kreatiftas merupakan kemampuan mengintegrasikan sesuatu (Gonzales, Campos Perez, 1997), kemudian Sternberg (dalam Sternberg, 2000) menjelaskan kreativitas keberbakatan(creative geftedness) yang bermula dari suatu ketrampilan pengambilan keputusan yang bisa dikembangkan. Hal ini berarti bahwa kreativitas tidak semata hanya menggantung pada aspek genetis saja. Individu yang mau sukses dalam hidupnya maka ia harus belajar terampil mengambil keputusan.
Setelah Gardner mengasilkan teorinya tentang multiple Intelligent, Sterberg melengkapi dengan mengeluarkan teori yang disebut dengan “Teori Triachic”.Teori ini membedakan tiga tipe intelegensi yaitu analitis, kreatif, dan praktis.
Teori triachic teraplikasi sebagai berikut:
Menurut Robert Sternberg Jeffrey intelligence (kecerdasan) adalah : Kemampuan individu untuk sukses dalam kehidupan dengan memanfaatkan kekuatan dan mengkompensasi kelemahan mereka. Robert J Sternberg terkenal dengan teori Triarchic nya . berikut ini adalah skema dari teori triarchic :
Teori triarchic kecerdasan terdiri dari tiga subtheories: componential subtheory : makna yang menguraikan struktur dan mekanisme yang mendasari perilaku cerdas. experiential subtheory : yang mengusulkan perilaku cerdas ditafsirkan bersama sebuah pengalaman. contextual subtheory : yang menentukan bahwa perilaku cerdas didefinisikan oleh konteks sosial budaya di mana itu terjadi dan melibatkan adaptasi dengan lingkungan, pemilihan lingkungan yang lebih baik, dan pembentukan lingkungan.
Menurut Sternberg, penjelasan lengkap dari intelijen memerlukan interaksi dari ketiga subtheories. Para subtheory komponen makna menentukan sekumpulan potensi proses mental yang mendasari perilaku (yaitu, bagaimana perilaku yang dihasilkan) sedangkan subtheory kontekstual berkaitan intelijen untuk dunia luar dalam hal kecerdasan.
Teori triarchic adalah teori umum dari kecerdasan manusia. Banyak penelitian awal Sternberg terfokus pada analogi dan penalaran silogisme. Sternberg telah menggunakan teori untuk menjelaskan kecerdasan yang luar biasa (berbakat dan keterbelakangan) pada anak-anak dan juga kritik untuk tes kecerdasan. Kemudia mempelajari topik seperti gaya belajar (Sternberg, 1997) dan kreativitas (Sternberg, 1999).
Mereka yang termasuk tipe keberbakatan berbeda akan menghasilkan pola berbeda pula. Sternberg juga menyatakan bahwa tiga kompnen intellegensi tersebut akan dapat menghasilkan sukses dalam hidup manusia (Sternberg, 1996), Penjelasan dari masing-masing intellegensi tersebut sebagai berikut:
a.    Intellegensi analitis atau kecerdasan analitik (componential intelligence)
Menurut Sternberg, aspek kemahiran memproses maklumat (componential) menyatakan bahawa proses kognitif bertanggungjawab terhadap tingkah laku kecerdasan. Kecerdasan analitik digunakan untuk mengenali dan memecahkan masalah, merumuskan strategi, menyusun dan menyampaikan maklumat. Kecerdasan analitik melibatkan tindakan menganalisis, membanding serta menilai. Sebagai contohnya, pelajar membuat latihan Matematik. Di dalam proses menyelesaikan masalah Matematik, pelajar akan menganalisis maklumat yang diberikan. Kemudian membuat gerak kerja penyelesaian mengikut formula tertentu
Intellegensi analitis tidak sama dengan hasil pengukuran IQ. Hanya sebagian aspek intellengensi analitis yang dapat dilihat dari hasil IQ. Intellegensi analitis mencakup proses pengatasasn masalah( Problem solving). Antara lain mencakup:
1.    Identifikasi probelm, yaitu apa yang harus dilakukan apa bila tak tahu apa yang harus dilakukan.
2.    Definisi Problem, yaitu mengenal problem dan mengidentifikasi secara benar.
3.    Memformulasikan strategi, yaitu perencanaan jangka panjang
4.    Menyajikan informasi secara teliti
5.    Menyiapkan sumber untuk jangka pendek dan jangka panjang .
6.    Model keberbakatan struktur yang pasti (ketat) struktur yang agak longgar.
b.   Intellegensi Kreativitas atau kecerdasan pengalaman (experiential intelligence)
Kecerdasan ini boleh disamakan artinya dengan kreativiti. Kecerdasan ini dapat dilihat sebagai kebolehan untuk mengatasi situasi baru lantas mempelajari dari situasi tersebut. Dalam arti kata yang lain, individu yang berpengalaman akan lebih cekap dalam memproses maklumat dalam situasi baru.  
Kreatifitas membutuhkan keseimbangan antara ide baru dan proses kreatifitas itu sendiri. Kreatifitas mencakup juga segi praktis dan analitis. Kreatifitas tersebut memiliki beberapa ciri, yaitu:
1.    Berani mengambil resiko
2.    Memainkan peran yang positif
3.    Berfikir kreatif
4.    merumuskan dan mengidentifikasi masalah
5.    Tumbuh kembang mengatasi masalah
6.    Toleransi mengahadapi masalah ganda
7.    Menghargai sesama dan lingkungan sekitar.
c.    Intellegensi Praktis atau kecerdasan praktikal (contextual intelligence)
Sebagian orang dapat mengadaptasi diri mereka di dalam situasi apa saja yang dituntut dalam lingkungan mereka. Mereka yang mempunyai kecerdasan ini pandai membawa diri untuk berjaya di dalam hidup. Selain itu mereka juga dapat bertahan dalam hidup kerana dapat mengatasi perubahan.
Sternberg mengakui bahawa seseorang individu tidak semestinya mempunyai satu kecerdasan saja yang disebutkannya. Ada individu yang mempunyai integrasi ketiga-tiga cabang kecerdasan ini dengan menunjukkan tahap kecerdasan yang tinggi
Studi praktis mencakup studi empiris tentang realitas yang bersifat pengetahuan yang berorientasi pada tindakan (action oriented knowledge).
Model Sternberg ini disebut model triarchic yang dilandasi probem solving, yang mencakup antara lain:
1.    Ciri-ciri analitis, yaitu dapat mempertentangkan  dua hal yang sifatnya kontra, analitis, evaluasi dan kritis.
2.    Kreatifitas mencakup segi imaginatif, penjelajahan, pengembangan, penciptaan.
3.    Praktis mencakup kontektualisasi. Aplikasi dan praktek.
  Hasil (outcome) pendekatan aktivitas Treachic yang mewujudkan hubungan baru dan akutanbilitas yang menuntut ketertiban penuh. Dalam bukunya Sternberg “ Triachic Theory of Intellegence” (Sternburg, 2005) dijelaskan cara bagaimana problem solving itu dilaksanaka di dalam kelas. Pada kala tertentu guru menjalankan siklus problem solving yang dilandasi berfikir analitis, kreatif, dan praktis. Siklus problem solving dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar Problem Solving
Siklus problem solving melalui lima langkah yaitu identifikasi masalah, memperoleh sumber untuk mengatasi masalah, melengkapi strategi untuk mengatasi masalah, monitoring, dan evaluasi terhadap pengtasan masalah.  Apabila siklus diimplementasikan secara baik maka tiga tipe berfikir yang berbeda ini akan dapat ditemukan dalam siklus tersebut. Misalnya kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang mencakup berfikir abanalitis. Berfikir kreatif merumuskan strategi apa yang dipakai dalam pendekatan ini, dan berfikir kreatif praktis diperlukan untuk menetapkan dan memperoleh sumber pengamatan masalah. Dengan pendekatan ini guru mengajar bukan saja menuntut murid untuk menghafal tapi untuk berfikir kritis, kreatifdan mengalami proses kreatif. Berfikir analitis akan muncul apabila guru meminta siswa untuk menulis, membandingkan, mengevaluasi, serta berfikir kritis. Berfikir kreatif akan menjadikan peserta didik menjajah, mengimajinasikan dan menemukan. Berfikir kreatif membutuhkan implementasi, menggunakan, menerapkan, dan menemukan konsep permasalahan, penelitian membuktikan bahwa teori ini dapat menghasilakn kemajuan peserta didik.






E.  Kesimpulan
1.    Setiap orang memiliki potensi kreatif yang berbeda-beda, namun punya keasaan universal yaitu analitical, kreatif, dan praktical.
2.    Para pendidik, guru, orang tua dan siapaun yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dapat memaksimalkan pengembangan tiga potensi yang dimiliki anak didik atau siswanya.
3.    Dengan memahami tiga hal tersebut keberhasilan pembelajaran atau pendidikan secara umum menjadi lebih dimungkinkan. Karena kreatifitas seseorang, dapat dijadikan dasar pengembangan kemampuan anak didik bagi para pendidik.
4.    Berfikir kreatif membutuhkan implementasi, menggunakan, menerapkan, dan menemukan konsep permasalahan, penelitian membuktikan bahwa teori ini dapat menghasilakn kemajuan peserta didik.


















DAFTAR PUSTAKA


Sani Lisdiana. Robert Sternberg Jeffrey http://www.instructionaldesign.org /theories /triarchic-theory.html

Setiawan, C.1985. Kurikulum berdeferensiasi. Jakarta: Grasindo

Setiawan, C. 2010, Kreatifitas keberbakatan: Mengapa, apa, dan bagaimana.

Sudjarwo. pembelajaran Dengan Pendekatan Aktifitas Triarchic Kajian Teori Sternber. Ghttp://www.infodiknas.com/pembelajaran-dengan-pendekatan-aktifitas-triarchic-kajian-teori-sternberg.html.

Treffinger, D.J. 1992. Programing for Giftedness Needed Direction

No comments:

Post a Comment