Friday 5 April 2013

Hujan Asam

Hujan Asam

Hujan asam merupakan salah satu dampak dari pencemaran udara yang mempengaruhi kegiatan ekonomi, social dan politik (Nam et.al, 2001). Kejadian hujan asam yang sering terjadi beberapa decade ini menjadi isu yang cukup penting untuk dibahas. Pemahaman akan femonena hujan asam diharapkan mampu menggugah perhatian masyarakat tentang upaya-upaya untuk menghadapinya serta mengetahui cara-cara untuk menanggulanginya.
Hubungan antara emisi kimia ke atmosfer dengan dampak yang ditimbulkan akibat hujan asam sangat kompleks baik dari segi lingkungan ekosistem, kesehatan manusia maupun pada benda-benda (Landsberg, 1995).
1. Pengertian
Hujan asam adalah suatu masalah lingkungan yang serius yang harus benar-benar difikirkan oleh umat manusia. Hujan asam merupakan istilah umum untuk menggambarkan turunnya asam dari atmosfir ke bumi. Sebenarnya turunnya asam dari atmosfir ke bumi bukan hanya dalam kondisi “basah” Tetapi juga “kering”. Sehingga dikenal pula dengan istilah deposisi ( penurunan / pengendapan ) basah dan deposisi kering (Laras, 2006). Bhatfi et.al (1992) mengemukakan bahwa hujan asam dapat terjadi ketika ada reaksi antara air, oksigen dan zat-zat asam lainnya di atmosfer. Sinar matahari akan mempercepat terjadinya reaksi antar zat-zat tersebut.
Deposisi basah mengacu pada hujan asam , kabut dan salju. Ketika hujan asam ini  mengenai tanah, ia dapat berdampak buruk bagi tumbuhan dan hewan , tergantung dari konsentrasi asamnya, kandungan kimia tanah , buffering capacity ( kemampuan air atau tanah  untuk menahan perubahan pH ), dan jenis tumbuhan/hewan yang terkena. Deposisi kering mengacu pada gas dan partikel yang mengandung asam. Sekitar 50% keasaman di atmosfir jatuh kembali ke bumi melalui deposisi kering. Kemudian angin membawa gas dan partikel asam tersebut mengenai bangunan, mobil, rumah dan pohon (Laras, 2006).
Ketika hujan turun ,partikel asam yang menempel di bangunan atau pohon tersebut akan terbilas, menghasilkan air permukaan (runoff) yang asam. Angin dapat membawa material asam pada deposisi kering dan basah melintasi batas kota dan Negara sampai ratusan kilometer. Untuk mengukur keasaman hujan asam  igunakan pH meter. Hujan dikatakan hujan asam jika telah memiliki pH dibawah 5,0 ( Air murni mempunyai pH 7 ). Makin rendah pH air hujan tersebut , makin berat dampaknya bagi mahluk hidup.

Pengertian lain Hujan Asam
Apa itu hujan asam? Hujan asam adalah terjadinya proses hujan dimana nilai pH atau potensi Hidrogen dari air hujan yang turun di bawah angka 6 atau sekitar 5,6. Angka pH ini di bawah angka pH normal yakni 7. Artinya air hujan yang turun ke bumi bersifat asam karena tercampur dengan senyawa-senyawa tertentu yang larut di dalam air hujan sehingga menyebabkan nilai keasaman meningkat. Senyawa karbon dioksida yang larut bersama air hujan bersifat asam lemah. Kondisi ini sangat memberi manfaat bagi pelarutan mineral-mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman maupun binatang. Namun demikian, semakin besar tingkat keasaman dari hujan tersebut, akan menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan. Hujan asam menjadi sebuah permasalahan lingkungan yang serius. Semakin tinggi tingkat keasaman air hujan, maka akan semakin besar pengaruhnya bagi lingkungan.

Penyebab terjadinya hujan asam
Hujan asam bisa terjadi secara alami maupun oleh perbuatan ulah manusia, berikut dijelaskan beberapa penyebab terjadinya hujan asam secara umum:
  1. Penyebab alami Hujan asam secara alami bisa disebabkan oleh semburan dari sebuah gunung berapi, serta proses biologis yang bisa terjadi di tanah rawa atau lautan. Hujan asam secara alami cukup jarang terjadi.
  2. Penyebab manusia Hujan asam yang disebabkan oleh manusia merupakan permasalahan lingkungan yang cukup serius. Aktivitas industri biasanya merupakan kontributor utama terjadinya hujan asam. Beberapa industri yang cukup sering memberikan dampak hujan asam diantaranya adalah industri kendaraan bermotor, industri pembangkit listrik, industri pertanian (amonia). Unsur sulfur dan nitrogen dari proses industri dibawa terbang ke atmosfer, selanjutnya bereaksi dengan oksigen di udara menyebabkan sulfur dioksida dan nitrogen oksida yang akan larut dalam air hujan dan selanjutnya terdeposit ke tanah.
Reaksi yang terjadi pada hujan asam adalah sebagai berikut:
  • S(s) + O2(g) ===> SO2(g)
  • 2 SO2(g) + O2(g) ===> 2SO3(g)
  • SO3(g) + H2O(l) ===> H2SO4(aq)
  • NO2 + OH- ===> HNO3
Pengukuran hujan asam
Untuk mengukur keasaman dari hujan asam dapat menggunakan alat ukur dari pH yakni pH meter atau indikator pH seperti lakmus dan indikator universal. Untuk mengetahui reaksi tetesan hujan pada batuan, bisa dilakukan dengan cara langsung meneteskan air hujan pada batuan yang dikehendaki. Batuan beku dan batuan sedimen merupakan contoh batuan yang bisa Anda gunakan untuk melihat reaksi air hujan asam terhadap batuan yang ada.

Dampak hujan asam
Semakin tinggi tingkat keasaman dari sebuah hujan asam, maka akan semakin buruk dampaknya bagi lingkungan, diantaranya adalah semakin tingginya konsentrasi logam-logam tertentu pada daerah yang mengalami hujan asam, karena keasaman akan mempengaruhi tingkat kelarutan logam-logam yang tersedia. Organisme sulit untuk tumbuh, seperti sebuah sungai yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi, maka bisa dipastikan hewan seperti ikan tak akan bisa hidup dengan kondisi pH yang sangat rendah.
Hujan asam juga berdampak pada terjadinya korosi yang lebih meningkat. Beberapa material logam yang terpapar dengan hujan asam secara langsung akan lebih cepat mengalami korosi atau pengkaratan.
Cara mencegah hujan asam
Hujan asam sebagai salah satu permasalahan serius terhadap lingkungan perlu diatasi secara terpadu. Beberapa cara yang telah dilakukan di negara-negara maju adalah dengan membuat formula peralatan industri yang mampu menetralisir polutan sebelum sampai ke udara dan bereaksi dengan oksigen di udara. Penggunaan Flue gas desulfurization (FGD) yang mampu menetralisir belerang sebelum sampai ke udara merupakan salah satu cara yang cukup populer dilakukan saat ini, di negera-negara maju seperti Amerika Serikat.
2. Sumber
Lehr et. Al ( 2005) membagi 3 jenis polutan utama yang menyebabkan terjadinya hujan asam yaitu sulfur dioksida(SO2), nitrogen oksida (NOx)  dan volatile organic compounds (VOCs) atau zat-zat organic yang mudah menguap. Sumber dari kandungan sulfur alami diudara sebagian besar sekitar 25 sampai 30% berasal dari letusan gunungapi seperti di El Chichon tahun 1982 atau Gunung Pinatubo pada tahun 1991.  Hidrokarbon juga dapat menyebabkan hujan asam, asam karboksilik, HCOO, dan asam metilkarboksilik, CH3CO, merupakan hasil dari oksidasi emisi biota laut maupun darat. Selain secara alami gas sulfur juga berasal dari pembakaran batubara (Tjasyono, 2004, Lehr et. Al, 2005,) dan berasal dari emisi industri. Pada tahun 1983  United Nations Environment Programme memperkirakan besarnya sulfur yang dilepaskan antara 80-288  juta ton tiap tahunnya dan sekitar 69 juta ton diantaranya berasal dari aktivitas manusia. (http://www.ace.mmu.ac.uk, 2010).
Nitrogen oksida (NOr = NO + NO2) selain berasal dari letusan gunungapi, sumber dari zat ini adalah dari emisi tanah, kilat, pertukaran gas stratosfer-troposfer, dan pembakaran biomassa. NO  merupakan hasil pembakaran bahan bakar hidrokarbon, baik bahan bakar fosil maupun dari biomassa. besarnya oksida nitrogen yang dilepaskan antara 20-90  juta ton tiap tahunnya dari alam dan sekitar 24 juta ton diantaranya berasal dari aktivitas manusia (http://www.ace.mmu.ac.uk), 2010). Amoniak dihasilkan dari emisi pupuk. Sumber-sumber pencemar ini berasar dari pembuangan asap mesin (kendaraan bermotor dan stasiun pembangkit energy) dan pembakaran biomassa (Tjasyono, 2004). Produksi N2O (termasuk CO2, HNO3, dan CH4) dapat menyebabkan dampak lain yaitu efek rumah kaca dimana N2O memiliki masa tinggal lebih dari 150 tahun di atmosfer sebelum terurai (Crutzen, 1987 dalam Lehr et. Al ( 2005).
Pembentukan
Fenomena Hujan Asam
Hujan asam terdiri dari berbagai macam ion baik anion maupun kation. Kondisi keseimbangan ionnya adalah
[H] + [Nat] + [Na4] + 2[Ca2] = 2[SO421 + 2[S032] + [NOfl + [C1] + [OH] + [HCO3] + 2[CO32]
Hal utama yang mempengaruhi pH hujan adalah karbon dioksida (CO2) dalam bentuk asam karboksilik dalam air. Reaksi karbon dioksida adalah sebagai berikut
CO2 gas + H20 –> H2CO3 (2)
H2CO3 –>HCO3 + H (3)
HCO3 –>CO3 + H
Emisi SO2, NO, dan NH3 merupakan transformasi dari bentuk gas kemudian larut dalam air hujan dimana terjadi reaksi kimia antara gas dan air. Sulfur dioksida ditransformasikan sebagai berikut:
SO2+OH –> HOSO2
Dalam bentuk cair, reaksi lain dapat terjadi. Contohnya:
SO2 + H2O SO2 x H2O (14)
SO2 x H2O–> HSO3 + H (15)
HSO3 –> S032 + H
Nitirit oksida (NO) sangat cepat beroksidasi menjadi NO2, khususnya ketika bereaksi dengan ozon:
NO +O3–>NO2 +O2
Dari situ terlihat bahwa NO mengalami trasnformasi menjadi asam nitrit ketika bereaksi dengan hidroksida
NO2+OH–>HNO3
3. Cara Pengukuran
Hujan asam diukur menggunakan skala pH, air murni memiliki pH sekitar 7 sedangkan hujan yang normal bersifat agak asam karena adanya kandungan karbon dioksida yang terlarut didalamnya sehingga pH-nya sekitar 5,5. Pengukuran hujan asam dapat menggunakan botol, kemudian air hujan ditampung dalam botol tersebut. Dengan menggunakan indicator pH maka tingkat kebasaan maupun keasaman hujan dapat diketahui. Jika ingin mengetahui pengaruh hujan asam pada batuan sesuatu yang dapat dilakukan adalah menampung air hujan pada botol dengan corong terbalik, kemudian air yang tertampung diteteskan pada batuan yang diuji. Pengujian dapat dilakukaan pada batuan beku dan batuan sedimen. Sebagai contoh batuan beku yang diambil untuk sampel adalah batu andesit sedangkan batu sedimen berupa batu gamping. Sifat batu granit yang sudah asam maka ketika terkena tetes air hujan yang asam, batu tersebut tidak ikut terlarut. Sebaliknya, pada batu gamping yang memiliki sifat basa, maka batu gamping akan terlarut dan air yang melarutkan batu tersebut menjadi keruh.


No comments:

Post a Comment