Sunday 7 April 2013

Pengembangan Strategi Instruksional


PENGEMBANGAN STRATEGI INSTRUKSIONAL
Oleh : FARID YULIYADI
NIM : 06122503055

I.     PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pengembangan sistem pembelajaran (instruksional) merupakan salah satu bentuk pembaharuan sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serasi pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan utama meningkatkan produktivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
Namun demikian, pendekatan yang sistematis dalam kegiatan instruksional ini dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, dan dengan sebutan yang berbeda-beda pula. Sebutan itu di antaranya adalah: pengembangan instruksional, desain instruksional, pengembangan sistem instruksional, pengembangan program instruksional, pengembangan produk instruksional, pengembangan organisasi, dan pengembangan kemampuan mengajar. Tetapi istilah populer yang lazim digunakan adalah “pengembangan instruksional (pembelajaran), yang merupakan padanan dari istilah “instructional development”. Istilah yang disebutkan terakhir ini adalah merupakan istilah resmi yang dibakukan oleh organisasi profesi AECT (Association for Educational Communication and Technology) di Amerika Serikat.
Dalam Pengajaran, terdapat dua aktifitas yang dilakukan di dalamnya, yaitu aktifitas belajar dan aktifitas mengajar. Aktifitas belajar adalah aktifitas yang dilakukan oleh siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan baru. sedangkan mengajar yaitu aktifitas seorang siswa untuk memberikan informasi kepada siswa tentang pokok bahasan yang harus dipahami oleh siswa..
Keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung pada beberapa komponen yang ada di dalamnya. baik itu guru, siswa maupun sistem yang terdapat dalam pembelajaran itu sendiri. Jika ditinjau dari segi guru, akan sangat menentukan jika guru memiliki kemampuan dalam mengembangkan strategi yang akan digunakan untuk menyampaikan suatu materi pembelajaran.
Jika melihat, aktifitas pengajaran bukanlah sesederhana seperti apa yang dilihat, karena keberhasilan suatu pendidikan siswa tergantung pada proses pengajaran. sehingga pengajaran sangat penting karena berkaitan dengan upaya mengubah, mengembangkan dan mendewasakan insan didik. Aktifitas pengajaran yang dikelola secara terprogram, teratur, dan mengikuti prinsip-prinsip pegelolaan serta kaidah-kaidah pengajaran yang baik merupakan tuntutan yang semestinya terhadap pelaksanaan pengajaran.
Setiap pendidik memiliki cara atau style yang berbeda dalam melaksanakan proses pembelajaran. Ada yang cukup menggunakan satu model dan satu metode, ada juga yang menggunakan satu model yang terdiri dari beberapa metode. Walaupun terdapat variasi dalam proses tersebut, pada dasarnya ada satu hal yang harusnya tetap sama yaitu keyakinan guru dalam menggunakan model ataupun metode atau yang dikenal juga dengan kata yang lebih luas, strategi tersebut bertujuan agar siswa dapat memahami apa yang akan ia sampaikan.
Dalam menentukan atau memadukan strategi, metode, model, teknik dan taktik seorang guru harus memiliki kemampuan dalam bidang pengajaran. Penyesuaian terhadap materi ajar sangat penting. sebaik apapun strategi yang digunakan, jika tidak sesuai dengan materi maka berdampak siswa akan mendapatkan kesalahan konsep dari materi yang diajarkan.
Keberagaman dalam memvariasikan model, metode dan media  tersebut harusnya tetap memiliki pola atau standarisai agar dapat dikatakan baik. Terkait dengan bagaimana cara menyusun strategi instruksional yang baik inilah penulis angkat sebagai permasalahan pada makalah ini. Adapun strategi instruksional yang disusun berdasarkan strategi instruksional dalam model pengembangkan Instruksional  yang dikembangkan oleh Suparman (2004).
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu adanya pemaparan tentang pengembangan strategi pengajaran agar terdapat sinkronisasi antara strategi yang digunakan dengan materi atau situasi siswa dalam proses pembelajaran.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
1.    Apakah definisi strategi instruksional?
2.    Komponen apa saja yang terlibat dalam pengembangan strategi instruksional?
3.    Bagaimanakah urutan kegiatan dalam pengembangan strategi instuksional?

C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui definisi dari strategi instruksional
2.    Untuk mengetahui komponen yang terlibat dalam pengembangkan strategi instuksional.
3.    Untuk mengetahui urutan kegiatan dalam pengembangan strategi instruksional.
D.  Manfaat
1.    Bagi Penulis, untuk mengetahui dan mengembangkan strategi intruksional dalam proses pembelajaran dikelas.
2.    Bagi Mahasiswa dapat digunakan sebagai gambaran dalam mengembangkan strategi instuksional untuk meningkatkan kinerja sebagai seorang guru.

II.  PEMBAHASAN
A.  Definisi strategi instruksional
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dihubungkan dengan pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan peserta didik dalam perwujudan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Trianto, 2007).
Pengertian strategi pembelajaran atau instruksional secara detail diungkapkan oleh Suparman (2004), bahwa strategi instruksional merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan.
Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa strategi instruksional merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan. Dalam menggunakan suatu strategi, seorang guru harus mampu memadukannya dengan model dan metode pengajaran yang sesuai. dengan adanya kesesuaian antara strategi, model dan metode maka semain mudah bagi siswa untuk memahami materi pembelajaran.

B.  Komponen Pengembangan Strategi Instruksional
Menurut  Suparman (2004)  terdapat empat komponen utama strategi instruksional yaitu, urutan kegiatan, metode, media dan waktu. Sedangkan Dick dan Carey dalam suparman  (2004) mengatakan terdapat   lima komponen  dalam  strategi  instruksional yang terdiri: Kegiatan pra-instruksional, penyajian informasi, partisipasi  siswa, tes, dan tindak lanjut.
1.    Komponen Urutan Kegiatan
Suparman (2004) mengatakan Komponen urutan kegiatan dalam strategi instruksional terdiri dari pendahuluan, penyajian dan penutup.
Subkomponen pendahuluan merupakan kegiatan awal dari kegiatan instruksional  dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar secara mental siap mempelajari pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru. Sub komponen pendahuluan  terdiri dari tiga langkah berikut:
a.     Penjelasan singkat tentang isi pelajaran
Pada babak permulaan pelajaran, peserta didik ingin segera mengetahui apa yang akan dipelajari , keinginantahuan tersebut akan terpenuhi bila pengajar menjelaskan secara singkat, sehingga pada fase ini peserta didik telah mendapat gambaran secara global tentang isi pelajaran yang akan dipelajari.
b.     Penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman peserta didik
Peserta didik akan cepat mempelajari sesuatu apabila dikaitkan dengan apa yang telah diketahui sebelumya, pada tahapan inilah peserta didik diberikan informasi mengenai relevansi kegiatan isi pelajaran yang akan dipelajarinya dengan pengetahuan, keterampilan atau sikap yang telah dikuasainya.
c.     Penjelasan tentang tujuan instruksional.
Pada tahapan ini peserta didik akan mendapatkan informasi mengenai tujuan instruksional yang dikuasai peserta didik setelah mendapatkan pembelajaran. Pengetahuan tentang tujuan instruksional akan meningkatkan motivasi peserta didik selama proses belajarnya.
Tabel . Subkomponen Pendahuluan dan Langkah-langkah di dalamnya
Urutan Kegiatan Pendahuluan
Metode
Media
Waktu
Deskripsi singkat:



Relevansi:




TIK:





Sub komponen penyajian merupakan inti dari  pengajaran yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik. Didalam sub komponen penyajian terdiri dari tiga langkah, yaitu:
a.    Uraian, merupakan penjelasan tentang materi pelajaran atau konsep, prinsip, dan prosedur yang akan dipelajari siswa
b.    Contoh, adalah benda atau kegiatan yang terdapat dalam kegiatan siswa sebagai wujud dari materi pengajaran yang sedang diuraikan
c.    Latihan, merupakan kegiatan siswa dalam rangka menerapkan konsep, prinsip, atau prosedur yang sedang dipelajarinya kedalam praktik yang relevan dengan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.

Tabel Subkomponen Penyajian dan Langkah-langkah di dalamnya
Urutan Kegiatan Penyajian
Metode
Media
Waktu
Uraian:




Contoh:




Latihan:





Sub komponen penutup adalah urutan kegiatan terakhir dari kegiatan instruksional. Sub komponen penutup terdiri dari dua langkah yaitu:
a.    Tes formatif dan umpan balik, adalah satu set pertanyaan untuk dijawab atau seperangkat tugas untuk dilakukan untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik setelah menyelesaikan suatu tahapan pelajaran.
b.    Tindak lanjut, merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik setelah melakukan tes formatif dan umpan balik. Peserta didik yang telah tuntas belajar akan melanjutkan ke bagian pelajaran selanjutnya, dan peserta didik yang belum tuntas harus mengulangi isi pelajaran tersebut dengan menggunakan bahan instruksional yang sama atau berbeda.




Tabel Subkomponen Penutup dan Langkah-langkah di dalamnya
Urutan Kegiatan Penutup
Metode
Media
Waktu
Tes Formatif dan Umpan Balik:



Tindak Lanjut:





Sedangkan menurut Gagne dan Briggs (1979) menyebutkan ada sembilan urutan kegiatan instruksional, yaitu:
1.    Memberi motivasi atau menarik perhatian
2.    Menjelaskan tujuan instruksional
3.    Mengingatkan kompetensi prasyarat
4.    Memberi stimulus (masalah, topik, konsep)
5.    Memberi petunjuk belajar
6.    Menimbulkan penampilan siswa
7.    Memberi umpan balik
8.    Menilai penampilan
9.    Menyimpulkan
Briggs dan Wager (1981) mengungkapkan bahwa tidak semua pelajaran memerlukan seluruh sembilan urutan kegiatan tersebut tergantung karakteristik siswa dan jenis perilaku yang ada dalam tujuan instruksionalnya. Mereka juga menjelaskan bahwa pengetahuan kita sebagai pengajar belum lengkap tentang urutan kegiatan instruksional yang sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuannya.
2.    Komponen Metode Instruksional
Dalam proses pembelajaran baik disadari atau tidak, seorang guru pasti menggunakan metode instruksional. seperti menggunakan metode ceramah yang banyak digunakan dalam pembelajaran konvensional. Komponen metode instruksional terdiri dari beberapa metode yang digunakan kegiatan instruksional. Setiap pembelajaran dapat menggunakan satu atau beberapa metode atau bahkan menggunakan metode yang sama. Tidak semua metode instruksional sesuai digunakan dalam mencapai tujuan instruksional tertentu. Oleh karena itu, seorang pengembang instruksional  harus memilih metode yang sesuai untuk setiap TIK yang ingin dicapai. Berbagai metode yang digunakan dalam kegiatan instruksional antara lain:
a.    Metode Ceramah
Metode ceramah berbentuk penjelasan pengajar kepada siswa dan biasanya diikuti dengan Tanya jawab tentang isi pelajaran yang belum jelas.
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
3.    Guru mudah menguasai kelas.
4.    Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
5.    Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
6.    Mudah dilaksanakan
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
1.    Membuat siswa pasif
2.    Mengandung unsur paksaan kepada siswa
3.    Mengandung daya kritis siswa
4.    Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
5.    Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
6.    Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
7.    Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

b.   Metode  Demonstrasi
Metode  Demonstrasi digunakan untuk mendemontrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan sesungguhnya. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Kelebihan  dari metode demonstrasi adalah:
1.    Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan
2.    Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari
3.    Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
4.    Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut:
5.    Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.
6.    Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
7.    Kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki melalui pengamatan  dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya.
Kekurangan metode demonstrasi adalah anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan, kurangnya pemahaman siswa tentang kegunaan benda yang dipertunjukkan.
c.    Metode Penampilan/praktik
Metode Penampilan/praktik berbentuk pelaksanaan praktik oleh siswa di bawah supervisi dari dekat oleh pengajar. Untuk menggunakan metode ini pengajar harus :
1.    Memberikan penjelasan yang cukup kepada siswa selama siswa berpraktik.
2.    Melakukan tindakan pengamanan sebelum kegiatan praktik dimulai untuk keselamatan siswa dan alat-alat yang digunakan.
3.    Metode penampilan tepat digunakan bila :
4.    Pelajaran telah mencapai tingkat lanjutan.
5.    Kegiatan instruksional bersifat formal, latihan kerja, atau magang.
6.    Siswa mendapat kemungkinan untuk menerapkan apa yang dipelajarinya ke dalam situasi sesungguhnya.
7.    Kondisi praktik sama dengan kondisi kerja
8.    Dapat disediakan bimbingan kepada siswa secara dekat selama praktik.
9.    Keterbatasan penggunaaan metode penampilan adalah :

d.   Metode Diskusi
Metode Diskusi adalah interaksi antara siswa dari siswa atau siswa dengan pengajar untuk menganalisis, atau memperdebatkan topic atau permasalahan tertentu. Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
1.    Mendorong siswa berpikir kritis.
2.    Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
3.    Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama.
4.    Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
1.    Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
2.    Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
3.    Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
1.    Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
2.    Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
3.    Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
4.    Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal

Berikut dikemukakan tabel yang menunjukkan hubungan metode dan kemampuan dalam TIK.
Tabel Hubungan antara Metode dengan Kemampuan yang akan dicapai
NO
METODE
KEMAMPUAN DALAM TIK
1
Ceramah
Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur
2
Demontrasi
Melakukan suatu keterampilan berdasarkan standar prosedur tertentu
3
Penampilan
Melakukan suatu keterampilan
4
Diskusi
Menganalisis/memecahkan masalah
5
Studi Mandiri
Menjelaskan/menganalisis/mensisntesis/mengeva-luasi sesuatu yang bersifat kognitif dan psikomotorik
6
Kegiatan Instruksional Terprogram
Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur
7
Latihan dengan Teman
Melakukan suatu keterampilan
8
Simulasi
Menjelaskan, menerapkan dan menganalisis suatu konsep dan prinsip
9
Sumbang Saran
Menjelaskan, menerapkan, menganalisis konsep, prinsip, dan prosedur tertentu
10
Studi Kasus
Menganalisis/memecahkan masalah
11
CAL
Menjelaskan, menerapkan, menganalisis. Mensintesis, mengevaluasi sesuatu
12
Insiden
Menganalisis, memecahkan masalah
13
Praktikum
Melakukan suatu keterampilan
14
Proyek
Melakukan/menyusun laporan suatu kegiatan
15
Bermain Peran
Menerapkan suatu konsep, prinsip atau prosedur
16
Seminar
Menganalisis, memecahkan masalah
17
Simposium
Menganalisis masalah
18
Tutorial
Menjelaskan, menerapkan, menganalisis suatu konsep, prinsip dan prosedur
19
Deduktif
Menjelaskan, menerapkan, menganalisis suatu konsep, prinsip dan prosedur
20
Induktif
Mensintesis suatu konsep, prinsip atau perilaku

3.    Komponen Media Instruksional
Media adalah perantara atau pengantar pesan. Secara garis besar media adalah manusia, materi, atau media yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan keterampilan atau sikap. Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam informasi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik (Sutikno. 2008:101)..
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Sedangkan menurut National Education Associaton  dalam Sudrajat (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik (Sudrajat, 2008).
berbagai jenis media belajar, diantaranya :
a)    Media visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
b)   Medai audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
c)    Projected still media: slide, projektor, dan sejenisnya
d)   Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya
Winataputra (2005:5) mengemukakan beberapa alasan mengapa media pembelajaran sangat penting sehingga harus terintegrasi dalam proses pembelajaran, yaitu :
1.    Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil bila siswa turut aktif dalam pembelajaran tersebut, dan hal ini hanya dapat terjadi dengan adanya media.
2.    Salah satu temuan menyatakan bahwa rata-rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang melalui indera memiliki komposisi sebagai berikut :
a.    75% melalui penglihatan (visual)
b.    13% melalui pendengaran (audio)
c.    6% melalui sentuhan
d.   6% melalui penciuman dan pengecap.
3.    Temuan lainnya menunjukkan bahwa pengetahuan yang dapat diingat antara lain bergantung pada indera apa ia memperoleh pengetahuannya.
Sebuah media yang efektif dan efisien serta menyenangkan tentu menjadi dambaan dan kebutuhan untuk pembelajaran, untuk mendapatkan media tersebut diperlukan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan diantaranya dalam pemilihan media.
Adapun fungsi dari media pembelajaran antara lain adalah :
1.    Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata menjadi tampak besar.
2.    Menyajikan benda atau peristiwa yang terletak jauh dari peserta didik ke hadapan peserta didik.
3.    Menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung sangat  cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematik dan sederhana.
4.    Menampung sejumlah besar peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran dalam waktu yang sama.
5.    Menyajikan benda atau peristiwa berbahaya ke hadapan peserta didik.
6.    Meningkatkan daya tarik pelajaran dan perhatian peserta didik.
7.    Meningkatkan sistematika pengajaran
Terdapat beberapa pendapat dan cara dalam mengembangkan media, meskipun caranya berbeda-beda, namun ada hal yang sepakat bahwa setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh kepada efektifitas program pembelajaran. Dalam hal ini tidak ada satu media yang sempurna, dengan kata lain dapat digunakan dalam semua situasi, semua karakteristik siswa dan semua mata pelajaran, namun media sifatnya kondisional dan kontekstual sesuai dengan kebutuhan. Sejalan dengan hal ini, pendekatan yang ditempuh adalah mengkaji media sebagai bagian integral dalam proses pendidikan yang fokusnya akan memperhatikan beberapa komponen, diantaranya :
1.    Instructional Goals, yaitu tujuan instruksional apa yang akan dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dari kajian Tujuan Instruksional Umum (TIU) atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK) ini bisa dianalisis media apa yang cocok guna mencapai tujuan tersebut. Jika kita kaitkan dengan kurikulum berbasis kompetensi maka kita harus memperhatikan : standar kompetensi, kompetensi  dasar dan terutama indikator.
2.    Instructional content, materi pembelajaran, yaitu bahan atau kajian apa yang akan diajarkan pada program pembelajaran tersebut. Pertimbangan lainnya, dari bahan atau pokok bahasan tersebut sampai sejauhmana kedalaman yang harus dicapai, dengan demikian kita bisa mempertimbangkan media apa yang sesuai untuk penyampaian bahan tersebut.
3.    Learner Characteristic, familiaritas media dan karakteristik siswa. Yaitu mengkaji sifat-sifat dan ciri media yang akan digunakan dikaitkan dengan karakteristik siswa, baik secara kuantitatif (jumlah) ataupun kualitatif (kualitas,  ciri, dan kebiasaan lain) dari siswa terhadap media yang akan digunakan.
4.    Media selection, adanya sejumlah media yang bisa diperbandingkan karena pemilihan media pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah media yang ada ataupun yang akan dikembangkan.
4.    Komponen Waktu
Komponen terakhir dalam strategi instruksional adalah waktu. Waktu yaitu jumlah waktu dalam menit yang dibutuhkan oleh pengajar dan peserta didik untuk menyelesaikan setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Menghitung waktu sangat penting bagi pengajar, pengajar harus dapat membagi waktu untuk setiap langkah dalam pendahuluan, pennyajian, dan penutup.
Penentuan jumlah waktu bagi pengejar dan peserta didik pada setiap langkah urutan kegiatan instruksional merupakan suatu batasan bagi pengajar dan mahasiswa bahwa tujuab instruksional akan dapat dicapai bilamereka dapat memenuhinya. Karena walaupun tujuan instruksional sama metode dan media yang digunakan sama, tetapi penekanan jumlah waktu berbeda,  hasilnya dapat berbeda pula.

C.  Menyusun Strategi Instruksional
Penyusunan strategi instruksional haruslah berdasarkan tujuan instruksional yang akan dicapai sebagai kriteria utama. Disamping itu penyusunan juga harus mempertimbangkan engajar, waktu, biaya dan fasilitas.
Berikut ini akan diuraikan tahapan penyusunan strategi instruksional:
1.    Isilah nomor TIK yang strategi instruksional yang akan disusun. Ini berati pengembang instruksional akan menyusun satu strategi instruksionaluntuk satu TIK.
2.    Kolom satu telah diisi dengan pendahuluan, penyajian, dan penutup, pada kolom kedua diisi urutan kegiatan instruksional yang sesuai untuk menghasilkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tercantum pada TIK
3.    Kolom tiga diisidengan garis-garis besar materi yang akan diberikan oleh pengajar dalam setiap urutan kegiatan. Kolom 4 disikan tentang metode yang digunakan, kolom5 tentang media yang akan digunakan, sedangkan kolom 6 tentang waktu yang dibutuhkan.

Tabel Komponen Utama dan Subkomponen dalam strategi instruksional

Urutan kegiatan instruksional
Metode
Media
Waktu

Pendahuluan
Deskripsi Singkat:
Relevansi:
TIK/Tujuan Pembelajaran:




Penyajian
Uraian:
Contoh:
Latihan:




Penutup
Tes Formatif:
Umpan Balik:
Tindak Lanjut:






Mengembangkan Strategi Instruksional Mata Pelajaran Biologi Kelas X Pokok Bahasan Klasifikasi Hewan Vertebrata
Setelah memahami uraian teori yang telah penulis kemukakan, maka penulis akan membuat  strategi instruksional mata pelajaran Biologi kelas X pokok bahasan Hewan Vertebrata, sebagai berikut:

Tabel Strategi instruksional mata pelajaran Biologi Pokok Bahasan Klasifikasi Hewan Vertebrata
Mata Pelajaran     : Biologi
SK/KD                : 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati/3.4. Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam Dunia Hewan dan peranannya bagi kehidupan
TIK 1                   : Menjelaskan ciri-ciri dan klasifikai hewan vertebrata
Kelas                   : X


URAIAN
KEGIATAN INSTRUKSIONAL
METODE
MEDIA
WAKTU (DALAM MENIT)
JUMLAH
1
2
3
4
5
6
PENDAHULUAN
Deskripsi singkat
Lingkup pelajaran ini adalah:
a.Ciri-ciri umum hewan vertebrata
b.klsifikasi hewan vertebrata
Ceramah
Leptop dan LCD/ Infocus
5
Relevansi
Jika kita pernah memakan ikan, ayam, dan pernah ke tempat pemotongan hewan, maka akan kita dapati duri pada ikan dan tulang panjang yang ada pada bagian belakang hewan tersebut, tulang itulah yang disebut dengan tulang belakang. setiap hewan yang memiliki tulang belakang digolongkan kedalam hewan vertebrata
Ceramah
Gambar tulang belakang pada beberapa hewan
10
TIK
Setelah pembelajaran siswa mampu  menjelaskan 5 ciri-ciri dan klasifikasi hewan vertebrata.
Ceramah
Leptop dan LCD/ Infocus
5
PENYAJIAN
Uraian Materi
Penjelasan mengenai:
a.Ciri-ciri hewan Vertebrata
b.Klasifikasi hewan Vertebrata
Diskusi kelompok, Tanya jawab dan Presentasi.
Gambar tulang belakang pada beberapa hewan dan skema klasifikasi Vertebrata
45
Contoh
Hewan vertebrata yang dimiliki oleh siswa di rumah seperti kucing, anjing, ikan, ayam dan lain sebagainya
Tanya jawab
Leptop, LCD dan Buku panduan pelajaran Biologio X
10
Latihan
Jelaskan 5 ciri-ciri dari hewan vertebrata!
Tuliskan 5 kelas pada klasifikasi hewan vertebrata!
Quiz
Lembar kerja siswa
10
PENUTUP
Tes Formatif dan umpan balik
Tes formatif:
Berupa Quiz dengan pertanyaan 5 ciri-ciri pada hewan vertebrata dan tuliskan 5 kelas pada klasifikasi hewan Vertebrata secara berurutan dari tingkat paling rendah!
Umpan balik:
Mengidentifikasi kesulitan siswa-ssiwi dalam menjawab soal quiz dengan cara bertanya kepada siswa-siswi dan menjawab bersama-sama soal quiz tersebut.
Tanya jawab
Lembar kerja siswa
5
Tindak Lanjut
(follow up)
Setelah selesai Quiz, dilakukan reinforcement dengan memberikan latihan berupa menjelaskan ciri-ciri beserta gambar hewan dalam setiap kelas yang ada pada Vertebrata.
Ceramah dan Pekerjaan Rumah (PR)
Lembar kerja siswa



JUMLAH


90’




III.   PENUTUP
A.      Kesimpulan
1.    Konsep strategi instruksional merupakan urutan kegiatan instruksional yang dikaitkan dengan metode, media, dan waktu yang dibutuhkan pengajar dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional tertentu.
2.    Strategi instruksional bukan saja cara tentang bagaimana tujuan instruksional dicapai, melainkan juga dengan alat apa dan berapa besar usaha yang harus dilaksanakan oleh pengajar dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional tersebut.
3.    Pengembangan strategi instruksional dapat memudahkan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. hal ini dapat terwujud karena dengan pengembangan strategi guru dapat mengatur waktu lebih baik dibandingkan tidak melakukan pengembangan strategi.
B.       Saran
1.    Karena pentingnya pengembangan strategi instruksional dalam pembelajaran, seharusnya setiap pengajar mampu mendesain dan mengembangkan strategi guna meningkatkan kinerja dan mempermudah siswa dalam menyerap materi yang dipelajari




DAFTAR PUSTAKA


Sudrajat, A. 2008. Media pembelajaran. (http://akhmadsudrajat/worpress.com/.)

Suparman, atwi. 2004. Desain Instruksional.  Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Sutikno, M.S. 2008. Belajar dan pembelajaran. Bandung. Prospect.

Winataputra, U. 2005. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka

No comments:

Post a Comment