Oleh : FARID YULIYADI
NIM : 06122503055
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan sistem pembelajaran (instruksional)
merupakan salah satu bentuk pembaharuan sistem instruksional yang banyak
dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan, dengan maksud agar sistem
tersebut dapat lebih serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serasi pula
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan utama meningkatkan
produktivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
Namun demikian, pendekatan yang sistematis dalam kegiatan
instruksional ini dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, dan dengan sebutan
yang berbeda-beda pula. Sebutan itu di antaranya adalah: pengembangan
instruksional, desain instruksional, pengembangan sistem instruksional,
pengembangan program instruksional, pengembangan produk instruksional,
pengembangan organisasi, dan pengembangan kemampuan mengajar. Tetapi istilah
populer yang lazim digunakan adalah “pengembangan instruksional (pembelajaran),
yang merupakan padanan dari istilah “instructional development”. Istilah
yang disebutkan terakhir ini adalah merupakan istilah resmi yang dibakukan oleh
organisasi profesi AECT (Association for Educational Communication and
Technology) di Amerika Serikat.
Dalam Pengajaran,
terdapat dua aktifitas yang dilakukan di dalamnya, yaitu aktifitas belajar dan
aktifitas mengajar. Aktifitas belajar adalah aktifitas yang dilakukan oleh
siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan baru. sedangkan mengajar yaitu
aktifitas seorang siswa untuk memberikan informasi kepada siswa tentang pokok
bahasan yang harus dipahami oleh siswa..
Keberhasilan suatu
proses pembelajaran tergantung pada beberapa komponen yang ada di dalamnya.
baik itu guru, siswa maupun sistem yang terdapat dalam pembelajaran itu
sendiri. Jika ditinjau dari segi guru, akan sangat menentukan jika guru
memiliki kemampuan dalam mengembangkan strategi yang akan digunakan untuk
menyampaikan suatu materi pembelajaran.
Jika melihat,
aktifitas pengajaran bukanlah sesederhana seperti apa yang dilihat, karena
keberhasilan suatu pendidikan siswa tergantung pada proses pengajaran. sehingga
pengajaran sangat penting karena berkaitan dengan upaya mengubah, mengembangkan
dan mendewasakan insan didik. Aktifitas pengajaran yang dikelola secara
terprogram, teratur, dan mengikuti prinsip-prinsip pegelolaan serta
kaidah-kaidah pengajaran yang baik merupakan tuntutan yang semestinya terhadap
pelaksanaan pengajaran.
Setiap pendidik
memiliki cara atau style yang berbeda dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Ada yang cukup menggunakan satu model dan satu metode, ada juga yang
menggunakan satu model yang terdiri dari beberapa metode. Walaupun terdapat
variasi dalam proses tersebut, pada dasarnya ada satu hal yang harusnya tetap
sama yaitu keyakinan guru dalam menggunakan model ataupun metode atau yang
dikenal juga dengan kata yang lebih luas, strategi tersebut bertujuan agar
siswa dapat memahami apa yang akan ia sampaikan.
Dalam menentukan atau
memadukan strategi, metode, model, teknik dan taktik seorang guru harus
memiliki kemampuan dalam bidang pengajaran. Penyesuaian terhadap materi ajar
sangat penting. sebaik apapun strategi yang digunakan, jika tidak sesuai dengan
materi maka berdampak siswa akan mendapatkan kesalahan konsep dari materi yang diajarkan.
Keberagaman dalam
memvariasikan model, metode dan media tersebut harusnya tetap memiliki
pola atau standarisai agar dapat dikatakan baik. Terkait dengan bagaimana cara
menyusun strategi instruksional yang baik inilah penulis angkat sebagai permasalahan
pada makalah ini. Adapun strategi instruksional yang disusun berdasarkan
strategi instruksional dalam model pengembangkan Instruksional yang dikembangkan
oleh Suparman (2004).
Berdasarkan latar
belakang di atas, perlu adanya pemaparan tentang pengembangan strategi
pengajaran agar terdapat sinkronisasi antara strategi yang digunakan dengan
materi atau situasi siswa dalam proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
penjelasan dalam latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini antara lain :
1. Apakah definisi strategi instruksional?
2. Komponen apa saja yang terlibat dalam pengembangan
strategi instruksional?
3. Bagaimanakah urutan kegiatan dalam
pengembangan strategi instuksional?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari strategi
instruksional
2. Untuk mengetahui komponen yang terlibat
dalam pengembangkan strategi instuksional.
3. Untuk mengetahui urutan kegiatan dalam
pengembangan strategi instruksional.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis, untuk mengetahui dan
mengembangkan strategi intruksional dalam proses pembelajaran dikelas.
2. Bagi Mahasiswa dapat digunakan sebagai
gambaran dalam mengembangkan strategi instuksional untuk meningkatkan kinerja
sebagai seorang guru.
II. PEMBAHASAN
A. Definisi strategi instruksional
Secara umum strategi
mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dihubungkan dengan pembelajaran,
strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan peserta didik
dalam perwujudan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan
(Trianto, 2007).
Pengertian strategi
pembelajaran atau instruksional secara detail diungkapkan oleh Suparman (2004),
bahwa strategi instruksional merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara
pengorganisasian materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta
waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan
instruksional yang telah ditentukan.
Dari pendapat beberapa
ahli diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa strategi instruksional
merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi
pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan
dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang telah
ditentukan. Dalam menggunakan suatu strategi, seorang guru harus mampu
memadukannya dengan model dan metode pengajaran yang sesuai. dengan adanya
kesesuaian antara strategi, model dan metode maka semain mudah bagi siswa untuk
memahami materi pembelajaran.
B. Komponen Pengembangan Strategi
Instruksional
Menurut
Suparman (2004) terdapat empat komponen utama strategi instruksional
yaitu, urutan kegiatan, metode, media dan waktu. Sedangkan Dick dan Carey dalam
suparman (2004) mengatakan terdapat lima komponen
dalam strategi instruksional yang terdiri: Kegiatan
pra-instruksional, penyajian informasi, partisipasi siswa, tes, dan
tindak lanjut.
1.
Komponen
Urutan Kegiatan
Suparman (2004)
mengatakan Komponen urutan kegiatan dalam strategi instruksional terdiri dari
pendahuluan, penyajian dan penutup.
Subkomponen pendahuluan merupakan kegiatan awal dari kegiatan
instruksional dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar secara
mental siap mempelajari pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru. Sub komponen
pendahuluan terdiri dari tiga langkah berikut:
a. Penjelasan singkat tentang isi
pelajaran
Pada babak permulaan
pelajaran, peserta didik ingin segera mengetahui apa yang akan dipelajari ,
keinginantahuan tersebut akan terpenuhi bila pengajar menjelaskan secara
singkat, sehingga pada fase ini peserta didik telah mendapat gambaran secara
global tentang isi pelajaran yang akan dipelajari.
b. Penjelasan relevansi isi pelajaran baru
dengan pengalaman peserta didik
Peserta didik akan
cepat mempelajari sesuatu apabila dikaitkan dengan apa yang telah diketahui
sebelumya, pada tahapan inilah peserta didik diberikan informasi mengenai
relevansi kegiatan isi pelajaran yang akan dipelajarinya dengan pengetahuan,
keterampilan atau sikap yang telah dikuasainya.
c. Penjelasan tentang tujuan instruksional.
Pada tahapan ini
peserta didik akan mendapatkan informasi mengenai tujuan instruksional yang
dikuasai peserta didik setelah mendapatkan pembelajaran. Pengetahuan tentang
tujuan instruksional akan meningkatkan motivasi peserta didik selama proses belajarnya.
Tabel . Subkomponen Pendahuluan
dan Langkah-langkah di dalamnya
Urutan Kegiatan Pendahuluan
|
Metode
|
Media
|
Waktu
|
Deskripsi singkat:
|
|||
Relevansi:
|
|||
TIK:
|
Sub komponen penyajian merupakan inti dari pengajaran
yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik. Didalam sub komponen penyajian
terdiri dari tiga langkah, yaitu:
a. Uraian, merupakan penjelasan tentang
materi pelajaran atau konsep, prinsip, dan prosedur yang akan dipelajari siswa
b. Contoh, adalah benda atau kegiatan yang
terdapat dalam kegiatan siswa sebagai wujud dari materi pengajaran yang sedang
diuraikan
c. Latihan, merupakan kegiatan siswa dalam
rangka menerapkan konsep, prinsip, atau prosedur yang sedang dipelajarinya
kedalam praktik yang relevan dengan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.
Tabel Subkomponen Penyajian dan
Langkah-langkah di dalamnya
Urutan Kegiatan Penyajian
|
Metode
|
Media
|
Waktu
|
Uraian:
|
|||
Contoh:
|
|||
Latihan:
|
Sub komponen penutup adalah urutan kegiatan terakhir dari
kegiatan instruksional. Sub komponen penutup terdiri dari dua langkah yaitu:
a. Tes formatif dan umpan balik, adalah
satu set pertanyaan untuk dijawab atau seperangkat tugas untuk dilakukan untuk
mengukur kemajuan belajar peserta didik setelah menyelesaikan suatu tahapan
pelajaran.
b. Tindak lanjut, merupakan kegiatan yang
dilakukan peserta didik setelah melakukan tes formatif dan umpan balik. Peserta
didik yang telah tuntas belajar akan melanjutkan ke bagian pelajaran
selanjutnya, dan peserta didik yang belum tuntas harus mengulangi isi pelajaran
tersebut dengan menggunakan bahan instruksional yang sama atau berbeda.
Tabel Subkomponen Penutup dan Langkah-langkah di
dalamnya
Urutan Kegiatan Penutup
|
Metode
|
Media
|
Waktu
|
Tes Formatif dan Umpan Balik:
|
|||
Tindak Lanjut:
|
Sedangkan menurut Gagne
dan Briggs (1979) menyebutkan ada sembilan urutan kegiatan instruksional,
yaitu:
1. Memberi motivasi atau menarik perhatian
2. Menjelaskan tujuan instruksional
3. Mengingatkan kompetensi prasyarat
4. Memberi stimulus (masalah, topik,
konsep)
5. Memberi petunjuk belajar
6. Menimbulkan penampilan siswa
7. Memberi umpan balik
8. Menilai penampilan
9. Menyimpulkan
Briggs dan Wager
(1981) mengungkapkan bahwa tidak semua pelajaran memerlukan seluruh sembilan
urutan kegiatan tersebut tergantung karakteristik siswa dan jenis perilaku yang
ada dalam tujuan instruksionalnya. Mereka juga menjelaskan bahwa pengetahuan
kita sebagai pengajar belum lengkap tentang urutan kegiatan instruksional yang
sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuannya.
2.
Komponen
Metode Instruksional
Dalam proses pembelajaran baik disadari atau tidak, seorang
guru pasti menggunakan metode instruksional. seperti menggunakan metode ceramah
yang banyak digunakan dalam pembelajaran konvensional. Komponen metode
instruksional terdiri dari beberapa metode yang digunakan kegiatan
instruksional. Setiap pembelajaran dapat menggunakan satu atau beberapa metode
atau bahkan menggunakan metode yang sama. Tidak semua metode instruksional
sesuai digunakan dalam mencapai tujuan instruksional tertentu. Oleh karena itu,
seorang pengembang instruksional harus memilih metode yang sesuai untuk
setiap TIK yang ingin dicapai. Berbagai metode yang digunakan dalam kegiatan
instruksional antara lain:
a.
Metode
Ceramah
Metode ceramah berbentuk penjelasan pengajar kepada siswa dan
biasanya diikuti dengan Tanya jawab tentang isi pelajaran yang belum jelas.
Beberapa
kelebihan metode ceramah adalah :
3.
Guru
mudah menguasai kelas.
4.
Guru
mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
5.
Dapat
diikuti anak didik dalam jumlah besar.
6.
Mudah
dilaksanakan
Beberapa
kelemahan metode ceramah adalah :
1.
Membuat
siswa pasif
2.
Mengandung
unsur paksaan kepada siswa
3.
Mengandung
daya kritis siswa
4.
Anak
didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang
lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
5.
Sukar
mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
6.
Kegiatan
pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
7.
Bila
terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
b.
Metode
Demonstrasi
Metode Demonstrasi digunakan untuk mendemontrasikan
penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan
sesungguhnya. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan,
baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan
dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Kelebihan dari
metode demonstrasi adalah:
1.
Perhatian
siswa dapat lebih dipusatkan
2.
Proses
belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari
3.
Pengalaman
dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
4.
Kelebihan
metode demonstrasi sebagai berikut:
5.
Membantu
anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.
6.
Memudahkan
berbagai jenis penjelasan.
7.
Kesalahan-kesalahan
yang terjadi dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret,
dengan menghadirkan objek sebenarnya.
Kekurangan metode demonstrasi adalah anak didik terkadang
sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan, kurangnya pemahaman
siswa tentang kegunaan benda yang dipertunjukkan.
c.
Metode
Penampilan/praktik
Metode Penampilan/praktik berbentuk pelaksanaan praktik oleh
siswa di bawah supervisi dari dekat oleh pengajar. Untuk menggunakan metode ini
pengajar harus :
1.
Memberikan
penjelasan yang cukup kepada siswa selama siswa berpraktik.
2.
Melakukan
tindakan pengamanan sebelum kegiatan praktik dimulai untuk keselamatan siswa
dan alat-alat yang digunakan.
3.
Metode
penampilan tepat digunakan bila :
4.
Pelajaran
telah mencapai tingkat lanjutan.
5.
Kegiatan
instruksional bersifat formal, latihan kerja, atau magang.
6.
Siswa
mendapat kemungkinan untuk menerapkan apa yang dipelajarinya ke dalam situasi
sesungguhnya.
7.
Kondisi
praktik sama dengan kondisi kerja
8.
Dapat
disediakan bimbingan kepada siswa secara dekat selama praktik.
9.
Keterbatasan
penggunaaan metode penampilan adalah :
d.
Metode
Diskusi
Metode Diskusi adalah interaksi antara siswa dari siswa atau
siswa dengan pengajar untuk menganalisis, atau memperdebatkan topic atau
permasalahan tertentu. Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar
mengajar untuk :
1.
Mendorong
siswa berpikir kritis.
2.
Mendorong
siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
3.
Mendorong
siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama.
4.
Mengambil
satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan
masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan
metode diskusi sebagai berikut :
1.
Menyadarkan
anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
2.
Menyadarkan
anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara
konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
3.
Membiasakan
anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.
Kelemahan
metode diskusi sebagai berikut :
1. Peserta diskusi mendapat informasi yang
terbatas.
2. Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang
besar.
3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang
suka berbicara.
4.
Biasanya
orang menghendaki pendekatan yang lebih formal
Berikut dikemukakan tabel yang menunjukkan hubungan metode
dan kemampuan dalam TIK.
Tabel Hubungan antara Metode
dengan Kemampuan yang akan dicapai
NO
|
METODE
|
KEMAMPUAN DALAM TIK
|
1
|
Ceramah
|
Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur
|
2
|
Demontrasi
|
Melakukan suatu keterampilan berdasarkan standar prosedur
tertentu
|
3
|
Penampilan
|
Melakukan suatu keterampilan
|
4
|
Diskusi
|
Menganalisis/memecahkan masalah
|
5
|
Studi Mandiri
|
Menjelaskan/menganalisis/mensisntesis/mengeva-luasi
sesuatu yang bersifat kognitif dan psikomotorik
|
6
|
Kegiatan Instruksional Terprogram
|
Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur
|
7
|
Latihan dengan Teman
|
Melakukan suatu keterampilan
|
8
|
Simulasi
|
Menjelaskan, menerapkan dan menganalisis suatu konsep dan
prinsip
|
9
|
Sumbang Saran
|
Menjelaskan, menerapkan, menganalisis konsep, prinsip, dan
prosedur tertentu
|
10
|
Studi Kasus
|
Menganalisis/memecahkan masalah
|
11
|
CAL
|
Menjelaskan, menerapkan, menganalisis. Mensintesis,
mengevaluasi sesuatu
|
12
|
Insiden
|
Menganalisis, memecahkan masalah
|
13
|
Praktikum
|
Melakukan suatu keterampilan
|
14
|
Proyek
|
Melakukan/menyusun laporan suatu kegiatan
|
15
|
Bermain Peran
|
Menerapkan suatu konsep, prinsip atau prosedur
|
16
|
Seminar
|
Menganalisis, memecahkan masalah
|
17
|
Simposium
|
Menganalisis masalah
|
18
|
Tutorial
|
Menjelaskan, menerapkan, menganalisis suatu konsep,
prinsip dan prosedur
|
19
|
Deduktif
|
Menjelaskan, menerapkan, menganalisis suatu konsep,
prinsip dan prosedur
|
20
|
Induktif
|
Mensintesis suatu konsep, prinsip atau perilaku
|
3.
Komponen
Media Instruksional
Media adalah perantara atau pengantar pesan.
Secara garis besar media adalah manusia, materi, atau media yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan keterampilan atau
sikap. Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang
dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam informasi yang berlangsung antara
pendidik dengan peserta didik (Sutikno. 2008:101)..
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari
“Medium” yang secara harfiah berarti
“Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau
pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi
tentang media pembelajaran. Sedangkan menurut National Education Associaton dalam Sudrajat (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana
komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi
perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat
merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat
mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik (Sudrajat, 2008).
berbagai
jenis media belajar, diantaranya :
a)
Media visual : grafik,
diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
b)
Medai audial : radio, tape
recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
c)
Projected
still media: slide, projektor, dan sejenisnya
d)
Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer
dan sejenisnya
Winataputra (2005:5) mengemukakan beberapa alasan mengapa media pembelajaran sangat
penting sehingga harus terintegrasi dalam proses pembelajaran, yaitu :
1.
Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran akan
lebih berhasil bila siswa turut aktif dalam pembelajaran tersebut, dan hal ini
hanya dapat terjadi dengan adanya media.
2.
Salah satu temuan menyatakan bahwa rata-rata jumlah informasi yang
diperoleh seseorang melalui indera memiliki komposisi sebagai berikut :
a.
75% melalui penglihatan (visual)
b.
13% melalui pendengaran (audio)
c.
6% melalui sentuhan
d.
6% melalui penciuman dan pengecap.
3.
Temuan lainnya menunjukkan bahwa pengetahuan yang dapat diingat antara
lain bergantung pada indera apa ia memperoleh pengetahuannya.
Sebuah media yang efektif dan efisien serta menyenangkan
tentu menjadi dambaan dan kebutuhan untuk pembelajaran, untuk mendapatkan media
tersebut diperlukan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan diantaranya dalam
pemilihan media.
Adapun
fungsi dari media pembelajaran antara lain adalah :
1. Memperbesar benda yang sangat kecil dan
tidak tampak oleh mata menjadi tampak besar.
2. Menyajikan benda atau peristiwa yang
terletak jauh dari peserta didik ke hadapan peserta didik.
3. Menyajikan peristiwa yang kompleks,
rumit, berlangsung sangat cepat atau
sangat lambat menjadi lebih sistematik dan sederhana.
4. Menampung sejumlah besar peserta didik
untuk mempelajari materi pelajaran dalam waktu yang sama.
5. Menyajikan benda atau peristiwa
berbahaya ke hadapan peserta didik.
6. Meningkatkan daya tarik pelajaran dan
perhatian peserta didik.
7. Meningkatkan sistematika pengajaran
Terdapat beberapa pendapat dan cara dalam mengembangkan
media, meskipun caranya berbeda-beda, namun ada hal yang sepakat bahwa setiap
media memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh kepada
efektifitas program pembelajaran. Dalam hal ini tidak ada satu media yang
sempurna, dengan kata lain dapat digunakan dalam semua situasi, semua
karakteristik siswa dan semua mata pelajaran, namun media sifatnya kondisional
dan kontekstual sesuai dengan kebutuhan. Sejalan dengan hal ini, pendekatan
yang ditempuh adalah mengkaji media sebagai bagian integral dalam proses
pendidikan yang fokusnya akan memperhatikan beberapa komponen, diantaranya :
1.
Instructional
Goals, yaitu tujuan instruksional apa yang akan dicapai dalam suatu kegiatan
pembelajaran. Dari kajian Tujuan Instruksional Umum (TIU) atau Tujuan
Instruksional Khusus (TIK) ini bisa dianalisis media apa yang cocok guna
mencapai tujuan tersebut. Jika kita kaitkan dengan kurikulum berbasis
kompetensi maka kita harus memperhatikan : standar kompetensi, kompetensi
dasar dan terutama indikator.
2.
Instructional
content, materi pembelajaran, yaitu bahan atau kajian apa yang akan diajarkan
pada program pembelajaran tersebut. Pertimbangan lainnya, dari bahan atau pokok
bahasan tersebut sampai sejauhmana kedalaman yang harus dicapai, dengan
demikian kita bisa mempertimbangkan media apa yang sesuai untuk penyampaian
bahan tersebut.
3.
Learner
Characteristic, familiaritas media dan karakteristik siswa. Yaitu mengkaji
sifat-sifat dan ciri media yang akan digunakan dikaitkan dengan karakteristik
siswa, baik secara kuantitatif (jumlah) ataupun kualitatif (kualitas,
ciri, dan kebiasaan lain) dari siswa terhadap media yang akan digunakan.
4.
Media
selection, adanya sejumlah media yang bisa diperbandingkan karena pemilihan media
pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah media yang ada
ataupun yang akan dikembangkan.
4.
Komponen
Waktu
Komponen terakhir dalam strategi instruksional adalah waktu.
Waktu yaitu jumlah waktu dalam menit yang dibutuhkan oleh pengajar dan peserta
didik untuk menyelesaikan setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional.
Menghitung waktu sangat penting bagi pengajar, pengajar harus dapat membagi
waktu untuk setiap langkah dalam pendahuluan, pennyajian, dan penutup.
Penentuan jumlah waktu bagi pengejar dan peserta didik pada
setiap langkah urutan kegiatan instruksional merupakan suatu batasan bagi
pengajar dan mahasiswa bahwa tujuab instruksional akan dapat dicapai bilamereka
dapat memenuhinya. Karena walaupun tujuan instruksional sama metode dan media
yang digunakan sama, tetapi penekanan jumlah waktu berbeda, hasilnya
dapat berbeda pula.
C. Menyusun Strategi Instruksional
Penyusunan strategi instruksional haruslah berdasarkan
tujuan instruksional yang akan dicapai sebagai kriteria utama. Disamping itu
penyusunan juga harus mempertimbangkan engajar, waktu, biaya dan fasilitas.
Berikut ini akan diuraikan tahapan
penyusunan strategi instruksional:
1.
Isilah
nomor TIK yang strategi instruksional yang akan disusun. Ini berati pengembang
instruksional akan menyusun satu strategi instruksionaluntuk satu TIK.
2.
Kolom
satu telah diisi dengan pendahuluan, penyajian, dan penutup, pada kolom kedua
diisi urutan kegiatan instruksional yang sesuai untuk menghasilkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang tercantum pada TIK
3.
Kolom
tiga diisidengan garis-garis besar materi yang akan diberikan oleh pengajar
dalam setiap urutan kegiatan. Kolom 4 disikan tentang metode yang digunakan,
kolom5 tentang media yang akan digunakan, sedangkan kolom 6 tentang waktu yang
dibutuhkan.
Tabel Komponen Utama dan Subkomponen dalam strategi instruksional
Urutan kegiatan instruksional
|
Metode
|
Media
|
Waktu
|
|
Pendahuluan
|
Deskripsi
Singkat:
Relevansi:
TIK/Tujuan
Pembelajaran:
|
|||
Penyajian
|
Uraian:
Contoh:
Latihan:
|
|||
Penutup
|
Tes Formatif:
Umpan Balik:
Tindak
Lanjut:
|
Mengembangkan
Strategi Instruksional Mata Pelajaran Biologi Kelas X Pokok Bahasan Klasifikasi
Hewan Vertebrata
Setelah memahami uraian teori yang telah penulis kemukakan,
maka penulis akan membuat strategi instruksional
mata pelajaran Biologi kelas X pokok bahasan Hewan Vertebrata, sebagai berikut:
Tabel Strategi instruksional mata pelajaran
Biologi Pokok Bahasan Klasifikasi Hewan
Vertebrata
Mata Pelajaran : Biologi
SK/KD : 3. Memahami manfaat keanekaragaman
hayati/3.4. Mendeskripsikan ciri-ciri
Filum dalam Dunia Hewan dan peranannya bagi kehidupan
TIK 1 : Menjelaskan ciri-ciri dan klasifikai hewan
vertebrata
Kelas : X
URAIAN
KEGIATAN INSTRUKSIONAL
|
METODE
|
MEDIA
|
WAKTU (DALAM MENIT)
|
||
JUMLAH
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
PENDAHULUAN
|
Deskripsi
singkat
|
Lingkup
pelajaran ini adalah:
a.Ciri-ciri umum hewan vertebrata
b.klsifikasi hewan vertebrata
|
Ceramah
|
Leptop
dan LCD/ Infocus
|
5
|
Relevansi
|
Jika
kita pernah memakan ikan, ayam, dan pernah ke tempat pemotongan hewan, maka
akan kita dapati duri pada ikan dan tulang panjang yang ada pada bagian
belakang hewan tersebut, tulang itulah yang disebut dengan tulang belakang.
setiap hewan yang memiliki tulang belakang digolongkan kedalam hewan
vertebrata
|
Ceramah
|
Gambar
tulang belakang pada beberapa hewan
|
10
|
|
TIK
|
Setelah
pembelajaran siswa mampu menjelaskan 5
ciri-ciri dan klasifikasi hewan vertebrata.
|
Ceramah
|
Leptop dan LCD/ Infocus
|
5
|
|
PENYAJIAN
|
Uraian
Materi
|
Penjelasan
mengenai:
a.Ciri-ciri
hewan Vertebrata
b.Klasifikasi
hewan Vertebrata
|
Diskusi
kelompok, Tanya jawab dan Presentasi.
|
Gambar
tulang belakang pada beberapa hewan dan skema klasifikasi Vertebrata
|
45
|
Contoh
|
Hewan
vertebrata yang dimiliki oleh siswa di rumah seperti kucing, anjing, ikan,
ayam dan lain sebagainya
|
Tanya
jawab
|
Leptop,
LCD dan Buku panduan pelajaran Biologio X
|
10
|
|
Latihan
|
Jelaskan
5 ciri-ciri dari hewan vertebrata!
Tuliskan
5 kelas pada klasifikasi hewan vertebrata!
|
Quiz
|
Lembar
kerja siswa
|
10
|
|
PENUTUP
|
Tes
Formatif dan umpan balik
|
Tes
formatif:
Berupa
Quiz dengan pertanyaan 5 ciri-ciri pada hewan vertebrata dan tuliskan 5 kelas
pada klasifikasi hewan Vertebrata secara berurutan dari tingkat paling
rendah!
Umpan
balik:
Mengidentifikasi
kesulitan siswa-ssiwi dalam menjawab soal quiz dengan cara bertanya kepada
siswa-siswi dan menjawab bersama-sama soal quiz tersebut.
|
Tanya
jawab
|
Lembar
kerja siswa
|
5
|
Tindak
Lanjut
(follow up)
|
Setelah
selesai Quiz, dilakukan reinforcement
dengan memberikan latihan berupa menjelaskan ciri-ciri beserta gambar hewan
dalam setiap kelas yang ada pada Vertebrata.
|
Ceramah
dan Pekerjaan Rumah (PR)
|
Lembar
kerja siswa
|
||
JUMLAH
|
90’
|
III. PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Konsep strategi instruksional
merupakan urutan kegiatan instruksional yang dikaitkan dengan metode, media,
dan waktu yang dibutuhkan pengajar dan siswa dalam mencapai tujuan
instruksional tertentu.
2. Strategi instruksional bukan saja
cara tentang bagaimana tujuan instruksional dicapai, melainkan juga dengan alat
apa dan berapa besar usaha yang harus dilaksanakan oleh pengajar dan siswa
dalam mencapai tujuan instruksional tersebut.
3. Pengembangan strategi instruksional
dapat memudahkan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. hal
ini dapat terwujud karena dengan pengembangan strategi guru dapat mengatur
waktu lebih baik dibandingkan tidak melakukan pengembangan strategi.
B.
Saran
1.
Karena pentingnya pengembangan strategi instruksional dalam pembelajaran,
seharusnya setiap pengajar mampu mendesain dan mengembangkan strategi guna
meningkatkan kinerja dan mempermudah siswa dalam menyerap materi yang
dipelajari
DAFTAR PUSTAKA
Sudrajat, A. 2008. Media pembelajaran. (http://akhmadsudrajat/worpress.com/.)
Suparman, atwi. 2004. Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
Sutikno, M.S. 2008. Belajar dan pembelajaran. Bandung.
Prospect.
Winataputra, U. 2005. Strategi
belajar mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka
No comments:
Post a Comment